Metroterkini.com - Kondisi alam dan lingkungan tempat tinggal warga Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Rokan Hilir Riau rata berada diatas rawa hutan bakau karena letak geografisnya berada di daerah pesisir. Perumahan warga yang berada diatas air saat pasang naik memerlukan jalan penghubung diatas pelantaran atau jalan yang dibuat diatas tonggak. Tanpa itu, warga tidak bisa berjalan kecuali menggunakan perahu.
Sebagai gambaran, Desa Panipahan merupakan daerah penghasil ikan terbesar di wilayah Rokan Hilir dan mayoritas warganya hidup dengan mata pencarian sebagai nelayan. Dengan demikian warga lebih memilih bertempat tinggal di wilayah pesisir laut dengan kondisi alam pasang surut.
Warga disini, antara satu rumah dihubungkan dengan jalan pelantaran yang dibangun diatas air. Jalan yang dibangun diatas kayu tonggak ini hanya bisa untuk berjalan kaki dan rata-rata jalan pelantaran ini usianya sudah puluhan tahun dan tinggal menunggu roboh.
Persaoalan warga saat ini, untuk membangun jalan secara swadaya sudah tidak sanggup karena bahan baku kayu sudah sulit diperoleh karena aturan yang tidak diboleh menebang sembarangan. Kayu untuk kebutuhan masyarakat tidak bisa diperoleh dengan mudah, karena adanya undang-undang kehutanan terkait ilegal logging.
Jalan pelantaran lingkungan warga selama dibangun atas swadaya masyarakat, saat semua bahan baku sulit diperoleh mereka sangat membutuhkan bantuan pembangunan dari pemerintah, baik kabupaten, provinsi maupun pusat.
"Satu-satunya sekitar seratus meter dengan lebar satu setengah meter, selama ini dibangun diatas tiang tonggak. Sebab itu satu-satunya cara agar warga bisa berhubungan dan tidak terendam air pasang," ujar Ijus, warga Panipahan kepada wartawan, kemarin.
Dia menuturkan, kondisi jalan saat ini cukup parah, karena semua kayu jalan pelantaran ini sudah lapuk di makan usia. Seperti jalan Datok Laksemana di RT 6 RW 18 Dusun 23, Kepenghuluan Panipahan Darat Kecamatan Pasir Limau Kapas Rokan Hilir, yang pernah dibangun menggunakan dana APBD Rokan Hilir beberapa tahun lalu. Kondisinya saat ini sudah memprihatinkan karena dibangun dengan menggunakan kayu.
Kondisi saat ini warga hanya bisa melakukan tampal sulam, ditambah bahan baku sudah sulit diperoleh. "Jalan ini sepertinya tinggal menunggu runtuh," tambah Ijus.
Untuk itu, warga berharap kepada pihak kepenghuluan (desa) untuk menyisihkan dana desa Panipahan yang nilainya Rp1,8 miliar setiap tahun. "Kalaupun dianggarkan jalan untuk warga, pasti warga bersyukur dan bisa menikmati arti pembangunan," katanya.
Jalan ini menurut Ijus cukup berfungsi bagi warga, karena jalan ini satu-satu jalan akses keluar untuk melakukan aktivitas.
"Sepengetahuan saya, sudah lima tahun desa Panipahan Darat di pimpin penghulu (Kades, red) Mustar Ali dan satu tahun dipimpin Pjs Juluana, jalan ini belum tersentuh pembangunan," tambahnya.
Pantauan metroterkini.com, dana ADD di Desa Panipahan Darat selama ini belum menyentuh masyarakat secara utuh. Sebab fasilitas umum masih banyak belum tersentuh oleh ADD kepenghuluan Panipahan. [mus]